Berpeluh Debu Mendaki Merbabu

Merapi dan Merbabu adalah dua gunung yang letaknya berdekatan, atau malah bisa dibilang sebelahan. Saya dan kakak saya rencananya mau mendaki gunung Merbabu pas tanggal 17 Agustus 2014, sekalian buat merayakan hari jadi Indonesia yang ke 69. Sore hari sekitar jam 4 sore, kami pergi ber-empat pergi pakai dua buah motor.

Letak kedua gunung itu memang tidak terlalu jauh dari rumah saya yang ada di kaki gunung, hanya sekitar satu jam perjalanan pakai motor. Kalau ada yang ingin mendaki Merapi atau Merbabu, mungkin paling enak lewat Selo, karena kalau mau ke Merapi tinggal ambil jalan ke kiri, nah kalau mau ke Merbabu ambil jalan yang ke kanan. 

Sebelum lanjut naik ke atas, kami berhenti dulu di sebuah masjid di daerah Selo untuk repacking dan mengisi perut. Pas kami masih di basecamp, petugasnya bilang kalau udah ada sekitar 1500 orang yang sudah ada di atas. Momen 17 Agustus memang yang paling ditunggu orang-orang buat naik gunung. Okay it starts. Perjalanan ke puncak Merbabu kami mulai sekitar jam 8.30 malam. Awalnya, tidak ada masalah saat kami mulai masuk area gunung Merbabu. Tetapi kemudian saya merasa kelelahan pada saat 100 meter pertama. Saya kekurangan oksigen, keringat dingin, dan merasakan mual di perut. Duh, ini mungkin efek karena terakhir kali saya main futsal (yang juga olah raga saya) sekitar tiga bulan yang lalu, selama liburan saya nggak berolahraga sama sekali hehe. Ini juga jadi kelemahan saya kalau naik gunung, sering 'kaget' di awal-awal.

Mejeng dulu di tengah kegelapan

Istirahat sebentar dan perjalanan dilanjutkan. Butuh waktu sekitar lima jam untuk kami sampai di Pos Sabana I. Karena sudah merasa kelelahan dan juga merasakan angin Merbabu yang sangat dingin, kami memutuskan untuk membuat tenda dan istirahat di pos ini. Selain karena udaranya yang dingin banget, saya kebelet pipis, alhasil nggak bisa tidur, aduh tersiksa banget. Padahal tiga orang yang lain tidurnya enak banget. Karena sudah nggak kuat lagi, akhirnya saya minta teman saya buat nganterin keluar. Duh ternyata lagi padang mbulan, semua tempat kelhatan, bodo ah saya udah kebelet pipis, lanjut cari semak-semak, legaaa....hehe. Pantesan malam itu dingin banget, ternyata bulan lagi bersinar terang walaupun memang tanggal 15 udah lewat.
It is time for sunrise! Sunrise di Merbabu indah banget walaupun bisa dibilang kami telat bangun. :D 
Biarkan gambar yang berbicara.

Sunrise di Merbabu jam 5.30 pagi.


Setelah beres lihat sunrise, misi kami berikutnya yaitu menggapai puncak Merbabu. Sebelum sampai ke atas, kita harus melewati pos Sabana II dan dua kali bukit dengan tanjakan yang kemiringannya nggak kira-kira. Tekstur tanjakan di Merbabu memang tanah berpasir, jadi bagi yang mau ke sini harus siapin masker ya atau bawa helm full-face sekalian biar mukanya nggak kena debu dan jadi item hehe. :D Selain itu juga harus hati-hati karena tanahnya licin. Mungkin ini juga karena banyaknya orang yang habis turun dari puncak, kita yang lagi naik harus terpapar debu yang banyaknya banget-banget. Yang alergi debu, hati-hati juga ya.

Setelah tiga jam mendaki dan mukanya nggak ada yang masih cantik atau ganteng karena udah ketutupan debu semua, kami akhirnya sampai juga di puncak. Yeahhhhhh! Setelah tiga kali mendaki gunung, akhirnya kali ini saya bisa sampai puncak. Perjuangan yang berat tapi sangat berkesan. Puncak Trianggulasi dan Puncak Kentheng Songo.

Indonesia Pusaka di Puncak Merbabu


Puncak Trianggulasi

We did it!!


Dirgahayu Indonesia. Always proud to be Indonesian. Semangat 69!

Sampai jumpa di perjalanan-perjalanan berikutnya. :)

Comments