2 in 1: Krakatau

Yessss

TGIF. Yep ini adalah hari jumat. Bagi pekerja seperti saya, jumat adalah hari yang ditunggu-tunggu . Pasalnya besok adalah hari sabtu, yang artinya adalah: LIBUR! Waktu yang ditunggu-tunggu untuk merasakan rehat sejenak dari rutinitas sehari-hari dan membebaskan diri dari hiruk-pikuknya Jakarta.

Berbeda dari minggu-minggu sebelumnya. Minggu ini saya dan teman-teman berencana untuk mengunjungi gunung Krakatau, oh bukan, maksud saya adalah Anak Gunung Krakatau. Ya, karena gunung Krakatau yang sebenarnya sudah meletus lama sekali sekitar tahun 1883, dan saat ini yang tersisa hanya 'anak' nya. Dalam film 'Krakatoa', letusan dahsyat gunung Krakatau menyebabkan tsunami yang menyapu wilayah barat pulau Jawa dan selatan pulau Sumatra, bahkan letusannya juga berdampak sampai kota Bogor, atau yang disebut Buitenzorg pada masa itu. Saking dahsyatnya letusan, sebaran abu dari letusan gunung Krakatau bahkan menyebabkan kegelapan di langit Eropa selama beberapa hari. Sampai saat ini, akibat dari letusan gunung Krakatau menyisakan Anak Gunung Krakatau yang masih aktif, pulau Rakata (Krakatau purba), pulau Panjang, dan pulau Sertung.

Menuju ke pelabuhan Merak

Jumat 10 April 2015, pukul 18:00 saya masih berkutat di kantor, padahal kami sudah janjian untuk berangkat ke Merak pada pukul 19:00. Saya tau, untuk realisasinya pasti akan molor, hehehe. Dari kantor saya di Kuningan, saya harus ke Slipi terlebih dahulu untuk berangkat ke pelabuhan Merak dengan menggunakan bus umum. Benar saja, setelah semuanya berkumpul, kami baru berangkat pukul 21:00. Estimasi waktu perjalanan dari Jakarta ke Merak adalah sekitar dua jam. Jangan khawatir, dari Slipi Jaya banyak sekali bus yang lewat dengan tujuan ke Pelabuhan Merak. Harga tiket bus yang kami dapat sekitar 35.000 per orang, mungkin bisa lebih murah kalau kita tahu harga normalnya.

Jam 12 malam kami sampai di pelabuhan Merak, kami langsung mencari tour leader  (TL) kami yang sedari tadi sudah menanyakan di mana keberadaan kami. Setelah semua rombongan open trip berkumpul, kami langsung menaiki ferry yang menuju ke pelabuhan Bakauheni. Di loket tiket, tertera harga 15.000 rupiah untuk tiket dewasa. Tapi harga ini bisa berubah saat kita sudah menaiki kapal, biasanya kita akan dimintai uang tambahan 7500-10000 oleh petugas apabila kita ingin meng-upgrade kelas di kapal untuk mendapat fasilitas yang lebih baik. Kalau beruntung, kalian bisa mendapat kapal yang berfasilitas bagus, tapi kalau lagi nggak beruntung, ya seperti kami yang dapat kapal dengan fasilitas pas-pasan.


Muka kucel setelah kerja, langsung lanjut naik kapal

Dua jam kemudian, kami sudah bersandar di pelabuhan Bakauheni. Yes, saya menginjakkan kaki di pulau Sumatera! Dari sini, kami melanjutkan perjalanan ke dermaga Canti menggunakan angkot yang banyak disewakan di sekitar pelabuhan ini. Perjalanan berikutnya akan memakan waktu sekitar satu jam perjalanan. 

Let's do this!

Dari tiga angkot yang membawa rombongan, angkot kami berjalan paling cepat dan terdepan :D akibatnya kami kepagian sampai di dermaga Canti, waktu masih menunjukkan sekitar jam empat pagi. Warung yang ada di sana juga masih tutup. Oh, ternyata tidak, makanan yang ada di warung tersebut ternyata sudah siap. Akhirnya kami memilih untuk sarapan terlebih dahulu, karena sedari tadi perut sudah 'bernyanyi-nyanyi'. Makanan di warung ini harganya juga wajar, dan enak!


Foto dulu di dermaga Canti. Nggapapa walaupun mukanya masih pada beler


Setelah dari dermaga Canti kita menuju pulau Sebuku Kecil untuk mengambil peralatan snorkeling yang nantinya akan digunakan. Untuk ke pulau ini hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit dari Canti. Pasir di pulau Sebuku ini masih banyak yang bercamur dengan patahan-patahan karang, jadi harus berhati-hati untuk melangkah di pantainya.



Duh... Isengnya nggak ketulungan -__-

Sebelum sampai di pulau Sebesi untuk check in homestay, kami diajak untuk snorkeling di salah satu spot yang ada di sekitaran pulau Sebuku, sayang sekali arus laut sedang kencang, jadi kami tidak terlalu menikmati snorkeling di spot pertama ini. Di pulau Sebesi kita akan tinggal di homestay yang sudah disediakan. Satu homestay bisa muat untuk 11 orang, jadi cocok untuk rombongan seperti kami. 

Banyak kapal bersandar di pulau Sebesi, karena memang banyak penduduk yang bermukim di sini. Di pulau ini juga terdapat kebun kakao dan pisang yang banyak dibudidayakan warga sekitar. Jangan salah, walaupun tidak ada SPBU di pulau ini, tapi banyak sekali motor yang berseliweran di sini. Hmm dari mana mereka beli bensin... (?)

pemandangan di belakang homestay kami
kakao




Setelah makan siaang dan istirahat sejenak. Jam 3 sore kami berangkat untuk snorkeling di spot berikutnya. Letaknya tidak terlalu jauh dari pulau Sebesi. Karang-karang di sekitaran pulau ini ukurannya besar-besar, lebih besar daripada yang pernah saya lihat di Pulau Seribu. Selanjutnya kami menuju pulau Umang-umang untuk menikmati sunset. Pulau ini tidak terlalu besar, berpasir putih halus tetapi juga terdapat bebatuan hitam besar di sisi-sisi pulaunya.


cheers!!!

Foto keluarga bahagia di pulau Umang-Umang :')


Menikmati sunyinya malam Sebesi


Listrik di pulau Sebesi hanya menyala dari jam 6 sore sampai 12 malam, tapi bisa juga di perpanjang sampai jam 6 pagi karena ada sudah genset milik warga yang siap untuk digunakan. Jarang-jarang saya bisa merasakan keheningan malam di pinggir pantai seperti ini, suara ombak, air yang bergesekan dengan pasir pantai membawa ketenangan tersendiri.


Selain itu, ada santap spesial malam ini. Let's barbeque-ing! Yep, malam ini kami main bakar-bakaran. Selain ikan, sore tadi saya memesan cumi-cumi sebagai menu tambahan. Jarang cumi-cumi disajikan untuk barbeque pinggir pantai seperti ini.

Cumi yang sudah siap untuk dipanasin :D

Ayooo dibakar! 
Batok kelapa dibakar terlebih dahulu sebagai pemanggang ikan dan cumi. Kata bapaknya, panas dari arang batok kelapa bisa awet dan cepat bikin ikan matang. 
~~kisah kasih di sekolah, dengan si dia
~~tiada masa paling indah, kisah kasih di sekolah.....


Begitu kiranya penggalan bait dari lagu yang kita nyanyikan untuk menghilangkan kesunyian. Beruntunng kami memiliki Jo, tour leader kami yang juga kocak, jadi grup kami jadi tetap asyik dan seru.


Tidur, esok kita akan berangkat menuju Gunung Anak Krakatau di pagi buta.

Anak Krakatau!


Saya tidak sempat tidur lama, jam 2 dini hari kita harus sudah bangun untuk persiapan ke Anak Krakatau. Tapi sebelum alarm berbunyi, saya sudah dapat panggilan alam. -__-. Malam ini akan menjadi malam yang panjang, pasalnya jarak dari pulau Sebesi ke gunung Anak Krakatau berjarak sekitar dua jam perjalanan. Di tengah perjalanan turun hujan lebat, kapal yang semula terbuka, langsung jendela-jendelanya ditutup rapat-rapat. Ombak di luar juga cukup besar, membuat kapal terombang-ambing, sedangkan di dalam kapal berasa sumpek karena kurangnya udara yang masuk dan bau mesin kapal yang bikin pengap. Saya yang sedari tadi masih ngantuk, tidak menghiraukan apapun yang ada di sana. Banyak orang yang mabuk laut, sedangkan saya melanjutkan mimpi yang tertunda. :)


Berbeda dari pulau-pulau lain, pantai di pulau gunung Anak Krakatau berwarna hitam legam. Mungkin ini juga karena pengaruh dari gunung itu sendiri. Mungkin pulau ini juga bisa disebut sebagai pulau 'Semut' karena banyak sekali semut-semut yang merayap di tanah, bahkan bisa dibilang sangat merata, semut-semut ini ada dimana-mana. Tapi tenang, mereka tidak menggigit, hanya 'menggerayangi' kaki anda.

Selamat pagi. Indahnya semburat cahaya pagi yang menyambut kami di Anak Gunung Krakatau

Trekking di gunung ini tidak membutuhkan waktu lama, karena gunung ini aktif dan tetap mengeluarkan asap belerang dari puncaknya, maka pengunjung pun dibatasi maksimal hanya boleh naik sampai di bagian punggung gunung. 

Untungnya, mungkin sebelum kami naik, hujan sudah mengguyur gunung ini terlebih dahulu. Karena apabila kering, pasti akan cukup sulit untuk menapaki trek di gunung ini yang sebagian besar merupakan pasir hitam. Tetapi setelah naik sampai punggung gunung, trek berubah menjadi bebatuan tajam berwarna merah. Di sisi samping gunung juga terlihat bekas dari muntahan lahar dari letusan yang pernah terjadi di tahun 2012.

tekstur batu muntahan anak gunung krakatau


Di depan saya adalah pulau Rakata atau Krakatau purba, 'ibunya' Anak Gunung Krakatau

tim Jo berhasil mencapai punggung Krakatau


Krakatau tidak melulu hanya soal gunung saja, letaknya yang berada di selat Sunda membuatnya dikelilingi lautan luas yang menyimpan pemandangan cantik di dalamnya. Spot snorkeling kami yang terakhir yaitu di Legon Cabe dalam bahasa masyarakat setempat, atau mungkin bisa juga disebut dengan Lagoon Cabe, karena memang tampak luar dari spot ini terlihat seperti laguna yang berwarna hijau. 

Terletak di salah satu sisi pulau Rakata, spot ini disebut primadonanya spot snorkeling di Krakatau. Memang benar, apabila dibandingkan dengan dua spot sebelumnya, lagoon Cabe adalah yang terbaik! Masih tetap dengan tipe-tipe karangnya yang besar-besar. Spot ini juga memiliki koleksi ikan-ikan yang lebih beraneka ragam. Ikan-ikan di sini juga umumnya memiliki ukuran yang relatif besar. Saya melihat salah satu ikan yang memiliki warna biru tua mengkilat dengan bibir yang seolah memakai lipstik warna kuning stabilo, cantik sekali! Mungkin sedikit mirip dengan tokoh ikan Dory di dalam film Finding Nemo. Sayang saya tidak bisa mengabadikan kecantikan dari ikan-ikan di tempat ini.


ternyata tidak mudah untuk menyelam di dalam air laut

Perjalanan singkat yang sangat menyenangkan. Keunikan Krakatau patut untuk kita nikmati, dalam satu trip kita bisa menemukan dua hal yang berbeda, antara gunung dan laut.

Selamat berpetualang....




Comments